Business Directory

OMAC dan sensasi kemurnian alam…

OMAC dan sensasi kemurnian alam…
Objek Wisata Mata Air Cokro (OMAC)
Pepohonan itu tinggi menjulang ke angkasa. Daunnya yang rindang menghadirkan kesejukan meski matahari bersinar terang. Lokasinya yang berada jauh dari perkotaan membuat kawasan ini bebas dari kebisingan serta residu asap kendaraan bermotor.Terdengar pula suara gemericik air yang mengalir langsung dari sumbernya.

Kesan alami itulah yang muncul di Objek Wisata Mata Air Cokro (OMAC), Tulung, Klaten. Kemurnian alam yang cukup kentara menjadikan OMAC sebagai salah satu tujuan warga menggelar upacara padusan, Minggu (31/7/2011) dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadan.

Untuk bisa menikmati kemurnian alam dan mencoba aneka wahana permainan di dalamnya, pengunjung cukup merogoh kocek senilai Rp 6.000. Beberapa wahana permainan air seperti waterslide ukuran sedang, ember tumpah, berenang, dan lain-lain dihadirkan untuk memanjakan pengunjung. Selain wahana permainan air, pengunjung juga bisa menikmati sensasi senam jantung saat meluncur di udara melalui wahana flying fox.

Pengunjung umumnya datang berkelompok yang berasal tak hanya dari Klaten tetapi juga dari Boyolali, Solo, Sukoharjo, dan lain-lain. Sebagian besar mereka datang untuk berenang, namun tidak sedikit pula yang sekadar ingin menikmati suasana keindahan alam sembari menikmati hidangan di lokasi.

“Kolam renangnya sudah terlalu penuh pengunjung, jadi saya memilih menikmati kesejukan alam saja di sini,” urai Sinta, 17, salah seorang pengunjung dari Sukoharjo.

Sementara dalam perayaan upacara padusan diawali dengan kegiatan kirab budaya yang diikuti sejumlah kelompok kesenian reog, rombongan Mas dan Mbak  Klaten, serta sejumlah pejabat Pemkab Klaten. Untuk memeriahkan upacara padusan, panitia sengaja menghadirkan hiburan berupa pementasan dangdut yang dipersembahkan Orkes Melayu (OM) Kendedes dari Karanganyar.

Bupati Klaten Sunarna dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemudan dan Olahraga (Disbudparpora), Setya Subagya mengatakan tradisi padusan ini memiliki arti penting dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Diakuinya, padusan merupakan salah satu potensi sumbangan pendapatan asli daerah (PAD) bagi Pemkab Klaten. “Semakin meningkatnya jumlah pengunjung dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa minat dan perhatian masyarakat terhadap tradisi padusan juga semakin besar,” ujarnya. (Moh Khodiq Duhri)

Leave a Reply